Sabtu, 11 Juni 2011

Ongkos Operasional Pesawat Presiden Rp 30 Juta per Jam


foto
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelum memasuki pesawat kepresidenan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta,(24/2). ANTARA/Widodo S. Jusuf
 
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono boleh bangga Indonesia bakal punya pesawat kepresidenan sendiri, Boeing Business Jet 2 buatan Amerika Serikat. Burung besi baru untuk perjalanan domestik ini diklaim lebih irit ketimbang terus menyewa milik Garuda Indonesia, seperti yang selama ini dilakukan Sekretariat Negara.

Ongkos operasional pesawat seharga US$ 58 juta (nyaris Rp 500 miliar) sejatinya tak kecil, yakni US$ 3500 per jam atau setara Rp 30 juta per jam. Namun Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dalam rapat dengar pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat dua hari lalu hakul yakin pemerintah bisa menghemat Rp 114,2 miliar per tahun jika membeli pesawat baru, jika dibandingkan biaya sewa burung besi Garuda.

Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Ganjar Pranowo menganggap pembelian itu wajar. "Alasannya rasional, dan harus diapresiasi karena pemerintah bisa menekan harganya," ucapnya saat dihubungi Tempo, Jumat, 10 Juni 2011.

Awalnya, harga pesawat itu sebesar US$ 85,4 juta. Harga itu kemudian bisa ditekan menjadi US$ 62 juta dolar, dan disetujui parlemen periode lalu. Tetapi pemerintah lantas bisa menegosiasikan harga sehingga bisa mendapat diskon US$ 4 juta.

Lantas, seperti apa interior pesawat itu nantinya? Pemerintah belum mengungkapkannya. Tetapi situs web Boeing memberikan tiga contoh pengaturan bagian dalam burung besi yang oleh pembuatnya ditujukan bagi pebisnis tersebut. Satu di antaranya dilengkapi bar dan banyak sofa empuk di sekeliling pesawat. Contoh yang lain memasukkan ruang makan mewah di dalamnya. Sedangkan yang terakhir tampak seperti rumah di udara, karena komplit dengan kamar tidur, kamar mandi wah, dan dapur.

Hanya, pesawat baru itu ternyata berkapasitas penumpang lebih sedikit ketimbang pesawat Boeing 737-500 milik Garuda Indonesia yang biasanya disewa pemerintah untuk perjalanan presiden di tanah air. Pemerintah memesan Boeing Business Jet 2 berkapasitas 70 orang. Padahal, Boeing 737-500 lazimnya bisa dimuati 146 orang penumpang. Berarti, rombongan kepresidenan nantinya bakal menyusut pula seiring daya muat pesawat.

Dari segi dimensi, burung besi baru itu memang sedikit lebih besar daripada pesawat lama. Boeing 737-500 panjangnya 31 meter, tinggi 11 meter, dan rentang sayap 28,8 meter. Sedangkan panjang badan Boeing Business Jet 2 39,5 meter, dengan tinggi 12,5 meter dan lebar rentang sayap 35,8 meter.

Memang masih kalah jauh dibanding pesawat Airbus A330-300 Garuda Indonesia berkapasitas 440 orang yang biasa dipakai Yudhoyono untuk melawat ke luar negeri -- panjangnya 63,6 meter, tinggi 16,83 meter, dan rentang sayapnya 60,3 meter. Untuk perjalanan internasional, Presiden tetap harus menyewa dari Garuda.

Dengan memesan pesawat seri Boeing Business Jet, Indonesia menyetarakan diri dengan India, Malaysia, dan Uni Emirat Arab, yang kepala negaranya juga memakai burung besi serupa. Negara lain yang memiliki pesawat seri tersebut adalah Argentina, Belarus, Kolumbia, Madagaskar, Afrika Selatan, dan Maroko.

Sumber : tempointeraktif.com

Tidak ada komentar: